Kompas TV di Sawahlunto

Bincang-bincang bersama Pak WaliFoto: Koleksi MGR

Bincang-bincang bersama Pak Wali
Foto: Koleksi MGR

Salah satu stasiun televisi nasional yang telah beberapa kali meliput Kota Sawahlunto guna dimasukkan ke dalam program acara mereka ialah Kompas TV. Pada hari Sabtu tanggal 16 Maret 2013, mereka kembali mengirimkan staf mereka untuk meliput ke Sumatera Barat. Terdapat tiga kota yang menjadi bahan liputan mereka yaitu Sawahlunto, Bukittinggi dan Padang. Malam hari Jum’at mereka telah tiba di Sawahlunto selepas meliput di Bukittinggi, sedangkan untuk Padang akan diliput oleh kawan-kawan mereka yang lain.

Tema yang hendak mereka angkat ialah “Sejarah Kota dan Perkembangan Peradabannya”. Mereka akan mencermati perihal perkembangan awal mula kota, proses pertumbuhan, kemajuan, dan kemunduran (kalau ada) serta kebangkitan kembali (kalau ada). Beberapa orang rekan mereka telah tiba lebih dahulu di Sawahlunto, dimana hari Jum’at yang lalu telah melakukan peliputan di beberapa tempat di Sawahlunto, termasuk Museum Goedang Ransoem.

Sarapan pagi bersama Pak WaliFoto: Koleksi MGR

Sarapan pagi bersama Pak Wali
Foto: Koleksi MGR

Hari ini akan dimulai dengan jamuan sarapan pagi di rumah dinas Walikota di Kubang Serakuk. Turut hadir menemani mereka Kepala Dinas Pariwisata Bapak Medi Iswandi, Kepala Seksi Permuseuman Ibu Kurnia Febra, dan salah seorang staf dari museum. Rombongan Kompas TV yang dipimpin oleh ibu Lusi diterima dengan hangat oleh Bapak Walikota. Beberapa menit mereka terlihat bercakap-cakap dengan hangat. Bahkan ketika hidangan sedang disantappun mereka masih sempat-sempat berbincang-bincang.

Kira-kira pukul setengah sebelas, rombongan Kompas TV dengan ditemani oleh Kadis Pariwisata, Kasi Permuseuman, Staf dari Pertambangan, dan seorang staf Permuseuman menuju ke Parambahan. Parambahan ialah sebuah lahan pertambangan yang dikelola fihak swasta.

Begitu memasuki kawasan pertambangan ini, rombongan disuguhi oleh pemandangan nan elok. Rombongan tepat berdiri di atas sebuah bukit, dimana pada lembah di bawahnya terdapat kawasan pertambangan dan juga sebuah danau yang diairi dari Batang (Sungai) Ombilin. Walau hari libur kantor, aktivitas penambangan masih tetap berjalan. Baca lebih lanjut

Sawahlunto: Dari Kota Tambang ke Kota Wisata

Oleh: Witrianto, SS, Mhum, Msi

(Staf Pengajar pada Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Univ. Andalas, Padang)

Kota Sawahlunto merupakan salah satu dari tujuh kota otonom yang ada di Sumatera Barat. Kota ini juga dikenal dengan sebutan Kota Tambang, karena daerah ini merupakan satu-satunya daerah penghasil batubara yang ada di Sumatera Barat dan sudah dieksplorasi semenjak zaman penjajahan Belanda. Selain sebutan sebagai Kota Tambang, Sawahlunto juga dikenal dengan sebutan “Kota Kuali”, hal ini disebabkan karena daerah ini dikelilingi oleh bukit-bukit dan lembah-lembah sehingga menyerupai kuali.


Pemandangan Kota Sawahlunto pada masa sekarang.Foto: Koleksi MGR

Pemandangan Kota Sawahlunto pada masa sekarang.
Foto: Koleksi MGR


Kota Sawahlunto pernah mencapai puncak kejayaannya di bidang pertambangan tahun 1930-an, namun mengalami penurunan yang drastis semenjak masa awal tahun 2000-an. Cadangan batubara yang selama ini menjadi Pendapatan Asli daerah (PAD) mulai menipis. Cadangan tambang terbuka telah habis, walaupun deposit tambang dalam masih tersedia sekitar ± 100 juta ton lagi. Akan tetapi, cadangan batubara tersebut belum dapat ditambang mengingat harga batubara yang sangat rendah dan biaya produksi yang sangat tinggi.

Pemasukan daerah yang telah berkurang dari batubara, membuat Pemerintah Kota Sawahlunto harus mencari sumber pendapatan ekonomi baru. Pendapatan Asli Daerah yang biasa didapat dari pertambangan kemudian dialihkan ke usaha Pariwisata Tambang dengan beberapa wisata penunjang yang disertai rumusan visi Kota Sawahlunto dalam Perda Nomor 2 tahun 2001 yaitu “Sawahlunto Tahun 2020 menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya”.

Rumusan visi ini menjadi perbincangan sampai ke ruang-ruang publik sehingga menjadi jelas dan dipahami. Visi tersebut kemudian dikukuhkan lagi dengan Perda Nomor 6 tahun 2003 tentang Rencana Strategis Pemerintah Kota Sawahlunto tahun 2003-2008 yang merupakan visi dan misi jangka panjang Pemerintah Kota Sawahlunto sampai tahun 2008 di bidang pariwisata. Baca lebih lanjut

124

para musisi yang memeriahkan acara Simfest beserta kurator berpose bersama walikota.

para musisi yang memeriahkan acara Simfest beserta kurator berpose bersama walikota & Kadis Pariwisata.
foto: An Fianda

Pada hari Sabtu tanggal 1 Desember 2012 merupakan tanggal penting bagi Kota Sawahlunto. Karena pada tanggal 1 Desember, Sawahlunto merayakan hari jadinya. Kota ini resmi berdiri sebagai salah satu unit pemerintahan di bawah Pemerintahan Kolonial Belanda pada tanggal 1 Desember 1888. Pada masa sekarang, Kota Sawahlunto telah genap berumur 124 tahun.

Hari jadi kota merupakan agenda tahunan di Sawahlunto. Tidak hanya sebagai agenda tahunan, melainkan juga yang terbesar dibandingkan beberapa agenda kota lainnya. Perayaan hadi jadi kota biasanya diikuti oleh Festival Simfest (Sawahlunto Internasional Musik Festival). Perayaan hari jadi kota dan Simfest merupakan agenda kembar yang rutin diadakan setiap tahun.

Jamuan Makan Malam

Jum’at malam tanggal 30 November 2012, Pemerintah Kota Sawahlunto mengadakan jamuan makan malam bagi beberapa orang tamu yang telah berdatangan ke Sawahlunto. Jamuan diadakan di pelataran Stasiun Kereta Api (sekarang Museum Kereta Api) Sawahlunto. Tempat ini dipilih guna memberikan suasana yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya kepada segenap tamu dan undangan.

Jamuan makan malam ini diiringi oleh lantunan musik guna menghidupkan suasana. Fihak PT KAI sendiri telah mengeluarkan Mak Itam, lokomotif uap kebanggaan Kota Sawahlunto guna menambah kenikmatan suasana makan malam. Mak Itam diparkir tepat disamping stasiun, menamani tamu-tamu dari jauh yang datang menziarahi kota kecil ini. Berharap mereka akan kembali lagi dilain waktu. Baca lebih lanjut